A. Pengertian Model Pembelajaran Visual
Auditori Kinestetik (VAK)
Model pembelajaran Visual
Auditori Kinestetik (VAK) adalah strategi pembelajaran yang menekankan
bahwa belajar haruslah memanfaatkan alat indra yang dimiliki siswa. Menurut
Nurhasanah (2010) pembelajaran dengan model pembelajaran Visual Auditori
Kinestetik (VAK) adalah suatu pembelajaran yang memanfaatkan gaya belajar
setiap individu dengan tujuan agar semua kebiasaan belajar siswa akan
terpenuhi. Jadi dapat disimpulkan Model pembelajaran Visual Auditori
Kinestetik (VAK) adalah model pembelajaran yang mengkombinasikan ketiga
gaya belajar (melihat, mendengar, dan bergerak) setiap individu dengan cara
memanfaatkan potensi yang telah dimiliki dengan melatih dan mengembangkannya,
agar semua kebiasaan belajar siswa terpenuhi.
(Sugiyanto. 2008:101)
VAK (Visual, Auditory, Kinesthetic) merupakan tiga modalitas yang
dimiliki oleh setiap manusia. Ketiga modalitas tersebut kemudian dikenal
sebagai gaya belajar. Gaya belajar merupakan kombinasi dari bagaimana seseorang
dapat menyerap dan kemudian mengatur serta mengolah informasi, (Deporter, 1999:112).
Model pembelajaran VAK adalah model pembelajaran yang
mengoptimalkan ketiga modalitas belajar tersebut untuk menjadikan si belajar
merasa nyaman. Model pembelajaran VAK
ini merupakan anak dari model pembelajaran Quantum
yang berprinsip untuk menjadikan situasi belajar menjadi lebih nyaman dan
menjanjikan kesuksesan bagi pebelajarnya di masa depan.
Pembelajaran dengan model ini mementingkan
pengalaman belajar secara langsung dan menyenangkan bagi siswa. Pengalaman
belajar secara langsung dengan cara belajar dengan mengingat (Visual), belajar dengan mendengar (Auditory), dan belajar dengan gerak dan
emosi (Kinestethic) (DePorter dkk.
1999). Dan menurut Herdian, model pembelajaran VAK merupakan suatu model pembelajaran yang menganggap pembelajaran
akan efektif dengan memperhatikan ketiga hal tersebut (Visual, Auditory, Kinestethic), dan dapat diartikan bahwa
pembelajaran dilaksanakan dengan memanfaatkan potensi siswa yang telah
dimilikinya dengan melatih dan mengembangkannya. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa model ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar langsung
dengan bebas menggunakan modalitas yang dimilikinya untuk mencapai pemahaman
dan pembelajaran yang efektif.
Pemanfaatan dan pengembangan potensi
siswa dalam pembelajaran ini harus memperhatikan kebutuhan dan gaya belajar
siswa. Bagi siswa visual, akan mudah
belajar dengan bantuan media dua dimensi seperti menggunakan grafik, gambar,
chart, model, dan semacamnya. Siswa auditory,
akan lebih mudah belajar melalui pendengaran atau sesuatu yang diucapkan atau
dengan media audio. Sedangkan siswa dengan tipe kinestethic, akan mudah belajar sambil melakukan kegiatan tertentu,
misalnya eksperimen, bongkar pasang, membuat model, memanipulasi benda, dan
sebagainya yang berhubungan dengan system gerak. (Suyatno.
2009:60)
B. Prinsip Model Pembelajaran Visual
Auditori Kinestetik (VAK)
Menurut Rose Colin dan Nicholl
(2002:130)
1)
Gaya visual (belajar dengan
cara melihat)
Belajar harus menggunakan indra mata melalui mengamati,
menggambar, mendemonstrasikan, membaca, menggunakan media dan alat peraga.
Seorang siswa lebih suka melihat gambar atau diagram, suka pertunjukan,
peragaan atau menyaksikan video. Bagi siswa yang bergaya belajar visual,
yang memegang peranan penting adalah mata/penglihatan (visual).
Dalam hal ini metode pengajaran yang digunakan guru sebaiknya lebih banyak
dititik beratkan pada peragaan/media, ajak siswa ke objek-objek yang berkaitan
dengan pelajaran tersebut, atau dengan cara menunjukkan alat peraganya langsung
pada siswa atau menggambarkannya di papan tulis.
Ciri-ciri siswa yang
lebih dominan memiliki gaya belajar visual misalnya lirikan mata ke atas
bila berbicara dan berbicara dengan cepat. Anak yang mempunyai gaya belajar visual
harus melihat bahasa tubuh dan ekspresi muka gurunya untuk mengerti materi
pelajaran. Siswa cenderung untuk duduk di depan agar dapat melihat dengan
jelas. Siswa berpikir menggunakan gambar-gambar di otak dan belajar lebih cepat
dengan menggunakan tampilan-tampilan visual, seperti diagram, buku
pelajaran bergambar, dan video. Di dalam kelas anak visual lebih suka
mencatat sampai detil-detilnya untuk mendapatkan informasi.
2)
Gaya auditori (belajar
dengan cara mendengar)
Belajar haruslah mendengarkan,
menyimak, berbicara, presentasi, mengemukakan pendapat, gagasan, menanggapi dan
beragumentasi. Seorang siswa lebih suka mendengarkan kaset audio,
ceramah-kuliah, diskusi, debat dan instruksi (perintah) verbal. Alat rekam
sangat membantu pembelajaran pelajar tipe auditori. Dr. Wenger (dalam
Rose Colin dan Nicholl, (2002:143) merekomendasikan setelah membaca sesuatu
yang baru, deskripsikan dan ucapkan apa yang sudah dibaca tadi sambil menutup
mata dengan suara lantang. Alasannya setelah dibaca, divisualisasikan (ketika
mengingat dengan mata tertutup) dan dideskripsikan dengan lantang, maka secara
otomatis telah belajar dan menyimpannya dalam multi-sensori.
Ciri-ciri siswa yang
lebih dominan memiliki gaya belajar auditori misalnya lirikan mata ke
arah kiri/kanan, mendatar bila berbicara dan sedang-sedang saja. Untuk itu,
guru sebaiknya harus memperhatikan siswanya hingga ke alat pendengarannya. Anak
yang mempunyai gaya belajar auditori dapat belajar cepat dengan
menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa yang guru katakan. Anak auditori
mencerna makna yang disampaikan melalui tone, suara, pitch (tinggi
rendahnya), kecepatan berbicara dan hal-hal auditori lainnya. Informasi
tertulis terkadang mempunyai makna yang minim bagi anak auditori.
Anak-anak seperti ini biasanya dapat menghafal lebih cepat dengan membaca teks
dengan keras dan mendengarkan kaset.
3)
Gaya Kinestetik (belajar
dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh)
Belajar melalui aktivitas fisik dan
keterlibatan langsung. Seorang siswa lebih suka menangani, bergerak, menyentuh
dan merasakan/mengalami sendiri, gerakan tubuh (hands-on, aktivitas
fisik). Bagi siswa kinestetik belajar itu haruslah mengalami dan
melakukan. Ciri-ciri siswa yang lebih dominan memiliki gaya belajar kinestetik
misalnya lirikan mata ke bawah bila berbicara dan berbicara lebih lambat. Anak
seperti ini sulit untuk duduk diam berjam-jam karena keinginan mereka untuk
beraktifitas dan eksplorasi sangatlah kuat. Siswa yang bergaya belajar ini
belajarnya melalui gerak dan sentuhan.
Modalitas visual merupakan gaya belajar bagi siswa
yang suka menghafal, gaya belajar auditory
merupakan gaya belajar siswa dengan mendengar, sementara gaya belajar kinestethic adalah gaya belajar siswa
dengan melakukan sesuatu hal atau praktikkum. DePorter menyebutkan banyak ciri
perilaku lain yang dapat dilihat untuk mengenali modalitas belajar siswa.
Berikut ciri-ciri siswa dalam ketiga modalitas belajar. (Janghyunita,
2012:2)
ü
Ciri orang visual, yakni;
a) rapi
dan teratur
b) berbicara
dengan cepat
c) perencana dan mengatur jangka panjang yang
baik,
d) teliti terhadap detail
e) mementingkan
penampilan, baik dalam hal pakaian maupun prestasi
f) pengeja
yang baik dan dapat melihat kata-kata yang sebenarnya dalam pikiran mereka
g) mengingat
apa yang dilihat, daripada yang didengar
h) mengingat apa yang dilihat, daripada yang
didengar,
i)
mengingat dengan asosiasi visual
j)
biasanya tidak terganggu oleh keributan
k) mempunyai
masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis, dan sering
meminta bantuan orang untuk mengulangnya
l)
membaca
cepat dan tekun
m) lebih
suka membaca daripada dibacakan.
ü Ciri orang auditory, yaitu
a) senang berbicara kepada diri sendiri
b) mudah terganggu oleh keributan
c) menggerakkan bibir/bersuara saat
membaca
d) dapat mengulang dan menirukan
kembali nada-nada, birama, dan warna suara
e) sulit untuk menulis
f) tetapi hebat dalam bercerita
g) berbicara dalam irama yang terpola
h) belajar dengan mendengarkan
i)
mengingat apa yang didiskusikan/dilisankan daripada yang
dilihat
j)
suka berbicara
k) berdiskusi
l)
menjelaskan sesuatu dengan panjang lebar
m) bermasalah dengan hal-hal yang
melibatkan visualisasi, seperti memotong bagian-bagian hingga sesuai satu sama
lain
n) lebih pandai mengeja dengan keras
daripada menuliskannya
o) lebih suka gurauan lisan daripada
membaca komik.
ü Ciri orang kinestethic, yaitu
a) berbicara
dengan perlahan
b) menanggapi
perhatian fisik
c) menyentuh
orang utnuk mendapatkan perhatian mereka
d) berdiri
dekat ketika berbicara dengan orang
e) selalu
berorientasi pada fisik dan banyak bergerak
f) mempunyai
perkembangan awal otot-otot yang besar
g) belajar
melalui memanipulasi dan praktik
h) menggunakan
jari isyarat tubuh
i)
tidak dapat duduk diam
dalam waktu yang lama
j)
tidak mengingat
geografi, kecuali jika mereka memang telah berada ditempat itu
k) menggunakan
kata-kata yang mengandung aksi
l)
menyukai buku-buku yang
berorientasi pada plot-mereka mencerminkan aksi dengan gerak tubuh saat membaca
m) kemungkinan
tulisannya jelek
n) ingin
melakukan segala sesuatu
o)
menyukai permainan yang
menyibukkan.
Dengan
mengenali ciri-ciri ketiga modalitas di atas maka guru akan dapat memperhatikan
situasi belajar yang perlu diciptakan untuk menjadikan siswa dengan modalitas
yang berbeda merasa nyaman. Setelah kenyamanan terwujud akan dapat menjadikan
siswa mudah dalam menerima materi pelajaran dan pembelajaran yang efektif akan
dapat tercapai. Ketiga modalitas tersebut pasti dimiliki oleh setiap manusia,
hanya saja ada yang berkembang dengan satu modalitas dan ada pula yang
berkembang dengan ketiganya dalam porsi yang hampir sama. Pembelajaran dengan
model VAK ini membantu para guru
untuk memudahkan dalam penyampaian materi dan memberikan kenyamanan bagi siswa
dalam belajar di kelas.(Agus firdaus, 2011: 4)
C. Kelebihan dan Kekurangan
Model
Pembelajaran Visual Auditori Kinestetik (VAK)
Kelebihan
dan kelemahan
Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahan, tidak terkecuali
model pembelajaran Visual Auditori Kinestetik (VAK) juga memiliki
kelebihan dan kelemahan diantaranya sebagai berikut.
1) Kelebihan
Model Pembelajaran VAK
Kelebihan model pembelajaran Visual
Auditori Kinestetik (VAK) adalah sebagai berikut.
a.
Pembelajaran akan lebih efektif, karena mengkombinasikan
ketiga gaya belajar.
b.
Mampu melatih dan mengembangkan potensi siswa yang telah
dimiliki oleh pribadi masing-masing.
c.
Memunculkan
suasana belajar yang lebih baik, menarik dan efektif
d.
Memberikan pengalaman langsung kepada siswa.
e.
Mampu melibatkan siswa secara maksimal dalam menemukan dan
memahami suatu konsep melalui kegiatan fisik seperti demonstrasi, percobaan,
observasi, dan diskusi aktif.
f.
Mampu menjangkau setiap gaya pembelajaran siswa.
g.
Siswa yang memiliki kemampuan bagus tidak akan terhambat
oleh siswa yang lemah dalam belajar karena model ini mampu melayani kebutuhan
siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata.
2) Kelemahan
Model Pembelajaran VAK
Kelemahan
dari model pembelajaran Visual Auditori Kinestetik (VAK) yaitu tidak
banyak orang mampu mengkombinasikan ketiga gaya belajar tersebut. Sehingga
orang yang hanya mampu menggunakan satu gaya belajar, hanya akan mampu
menangkap materi jika menggunakan metode yang lebih memfokuskan kepada salah
satu gaya belajar yang didominasi. (Janghyunita, 2012:3)
D. Langkah-langkah Model Pembelajaran Visual
Auditori Kinestetik (VAK)
langkah-langkah
dalam pembelajaran VAK hampir sama
dengan sintaks pada model pembelajaran SAVI
(Somatik, Auditorial, Visual, dan Intelektual). Dapat disajikan sintaks
pembelajaran VAK sebagai berikut.
1) Tahap persiapan (kegiatan
pendahuluan)
Pada kegiatan pendahuluan guru
memberikan motivasi untuk membangkitkan minat siswa dalam belajar, memberikan
perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang kepada siswa, dan
menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk menjadikan siswa lebih siap
dalam menerima pelajaran.
2) Tahap Penyampaian (kegiatan inti
pada eksplorasi)
Pada kegiatan inti guru mengarahkan
siswa untuk menemukan materi pelajaran yang baru secara mandiri, menyenangkan,
relevan, melibatkan pancaindera, yang sesuai dengan gaya belajar VAK. Tahap ini biasa disebut eksplorasi.
3) Tahap Pelatihan (kegiatan inti pada
elaborasi)
Pada tahap pelatihan guru membantu
siswa untuk mengintegrasi dan menyerap pengetahuan serta keterampilan baru
dengan berbagai cara yang disesuaikan dengan gaya belajar VAK.
4) Tahap penampilan hasil (kegiatan
inti pada konfirmasi)
Tahap
penampilan hasil merupakan tahap seorang guru membantu siswa dalam menerapkan
dan memperluas pengetahuan maupun keterampilan baru yang mereka dapatkan, pada
kegiatan belajar sehingga hasil belajar mengalami peningkatan. (Ngalimun,
2012:76)
Media-media
yang dapat digunakan adalah media segala
jenis media yang dapat diaplikasikan dalam pembelajaran VAK. Hal yang perlu
diperhatikan adalah media yang digunakan harus dapat memenuhi ketiga modalitas
belajar. Siswa dengan modalitas belajar visual
dapat dibantu dengan media gambar, poster, grafik, dsb. Siswa dengan modalitas
belajar auditory dibantu dengan media
suara atau musik-musik yang dapat merangsang minat belajar atau memberikan
kesan menyenangkan, rileks, dan nyaman bagi siswa, sementara bagi siswa kinesthetic diperlukan media-media
pembelajaran yang dapat mengoptimalkan fungsi gerak siswa. Namun pembelajaran
juga dapat dikemas dengan mengintegrasikan ketigamodalitas dengan menggunakan
media audio visual yang dimodivikasi dengan kegiatan game atau kuis yang
membebrikan kesempatan bagi siswa kinestetik.(
Meier, Dave. 2005:103)
E. Aplikasi Model Pembelajaran Visual
Auditori Kinestetik (VAK)
Grinder (dalam Rose Colin dan
Nicholl, 2002:132) menyebutkan mereka yang memiliki HV (Hanya Visual),
HS (Hanya Auditori), HK (Hanya Kinestetik). Kombinasi dari ketiga
gaya belajar tersebut di dalam proses pembelajaran matematika contohnya.
Ø Membaca LKS dan memperhatikan guru
dalam penyampaian konsep (sudah melihatnya).
Ø Menyusun pertanyaan dan merekam jawaban
dari teman yang melakukan presentasi (sudah mendengarnya).
Ø Menulis dan mencatat butir-butir
penting hasil presentasi yang disampaikan teman (sudah menanganinya secara
fisik).
No
|
Tahap
|
Kegiatan Guru
|
Kegiatan Siswa
|
A
|
Persiapan
|
Guru mempersiapkan materi mengenai menghitung luas dan
keliling persegi dan persegi panjang dengan satuan tak baku dan baku; bahan,
alat dan perangkat yang digunakan dalam proses pembelajaran.
|
Siswa mempersiapkan bahan dan perangkat yang digunakan
dalam proses pembelajaran (kinestetik)
|
Guru melakukan tes awal tentang materi menghitung luas dan
keliling persegi dan persegi panjang dengan satuan tak baku dan baku untuk
menentukan skor dasar siswa.
|
Siswa mengerjakan tes awal tentang materi menghitung luas
dan keliling persegi dan persegi panjang dengan satuan tak baku dan
baku yang diberikan guru (kinestetik).
|
||
Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok. Setiap
kelompok terdiri dari 4-5 orang yang heterogen.
|
Siswa membentuk kelompok belajar yang terdiri dari 4-5
orang yang heterogen (kinestetik).
|
||
B
|
Presentasi Kelas
(1) Pendahuluan
|
Guru melakukan apersepsi, yaitu dengan memunculkan rasa
ingin tahu siswa dengan menggunakan media gambar bangun persegi dan persegi
panjang, sehingga membantu siswa dalam berimajinasi dalam kehidupan
sehari-hari.
|
Siswa mengamati gambar bangun persegi dan persegi panjang,
kemudian menggambar kembali gambar persegi dan persegi panjang tersebut pada
buku catatan. (visual dan kinestetik).
|
|
(2) Pengembangan
|
Guru memotivasi siswa dalam mempelajari konsep tentang
luas dan keliling persegi dan persegi panjang dengan satuan tak baku
dan baku.
|
Siswa mendengarkan dan menyimak motivasi yang diberikan
guru tentang konsep luas dan keliling persegi dan persegi panjang dengan
satuan tak baku dan baku (visual dan auditori).
|
Guru
menyampaikan tujuan mempelajari konsep tentang luas dan keliling persegi dan
persegi panjang dengan satuan tak baku dan baku yang ingin dicapai
dalam pembelajaran.
Guru
menyampaikan konsep mengenai rumus luas dan keliling persegi dan persegi
panjang dengan satuan tak baku dan baku.
|
Siswa mengamati dan menyimak tujuan mempelajari konsep
tentang luas dan keliling persegi dan persegi panjang dengan satuan tak
baku dan baku yang hendak dicapai dalam pembelajaran (visual, auditori)
Siswa menyimak konsep yang disampaikan oleh guru kemudian
membuat catatan penting mengenai konsep rumus luas dan keliling persegi dan
persegi panjang dengan satuan tak baku dan baku pada buku catatan (audio,
kinestetik)
|
||
Guru memberikan kesempatan kepada perwakilan masing-masing
kelompok untuk menyampaikan hasil diskusinya.
|
Salah seorang siswa perwakilan dari masing-masing kelompok
membaca dengan keras dan mempresentasikan hasil diskusinya (visual dan
kinestetik).
|
||
Guru memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk
menanggapi hasil diskusi yang disampaikan.
|
Siswa dari kelompok lain mendengarkan, mengemukakan
pendapat, memberikan gagasan dan menanggapi presentasi dari kelompok lain
tentang keliling persegi panjang (visual, auditori dan kinestetik)
|
||
(5) Pelaksanaan Tes/
Kuis
|
Guru membagikan tes akhir kepada siswa, untuk mengetahui
seberapa besar keberhasilan belajar yang dicapai siswa, siswa diberikan
nilai.
|
Siswa menjawab tes akhir secara individu, menerima
penilaian individu dan kelompok (kinestetik).
|
Contoh penerapan model pembelajaran
VAK dalam pelajaran matematika yaitu pembelajaran tentang pencerminan.
Latihan 1
1.
|
|
2. Pembagian kelompok, dimana setiap
kelompok beranggotakan 5 orang. Setiap kelompok mendiskusikan benda-benda apa
saja yang ada di dalam ruangan yang termasuk bangun datar berikan alasannya,
lalu dipresentasikan di depan kelas.
Contoh:
Papan tulis
Papan tulis ini berbentuk persegi
panjang karena besar sisi-sisinya berbeda, sisi atas sama dengan sisi bawah,
sedangkan sisi kanan dan kiri sama besar.
3.
Guru
memberikan kuis kepada siswa secara individual.
KUIS
1. Gambar dibawah ini adalah persegi panjang
dan persegi. Jika luas persegi panjang = kali luas
persegi, maka lebar persegi panjang adalah . . .
7,5 cm 7,5 cm
2. Jika keliling laying-layang ABCD = 42 cm
dan panjang AD = AB, maka
panjang AB adalah . . .
3. Sebidang tanah
berbentuk jajar genjang dengan ditanahnya akan ditanami pohon-pohon, dimana
jarak antara dua pohon yang berdekatan adalah 1 meter. Berapa banyak pohon yang
dapat ditanam?
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Model pembelajaran Visual
Auditori Kinestetik (VAK) adalah model pembelajaran yang mengkombinasikan
ketiga gaya belajar (melihat, mendengar, dan bergerak) setiap individu dengan
cara memanfaatkan potensi yang telah dimiliki dengan melatih dan mengembangkannya,
agar semua kebiasaan belajar siswa terpenuhi. Pembelajaran dengan model ini
mementingkan pengalaman belajar secara langsung dan menyenangkan bagi siswa.
Pengalaman belajar secara langsung dengan cara belajar dengan mengingat (Visual), belajar dengan mendengar (Auditory), dan belajar dengan gerak dan
emosi (Kinestethic).
Kelebihan
dan kelemahan
Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahan, tidak terkecuali
model pembelajaran Visual Auditori Kinestetik (VAK) juga memiliki
kelebihan dan kelemahan diantaranya sebagai berikut.
ü Kelebihan
Model Pembelajaran VAK
Kelebihan model pembelajaran Visual Auditori Kinestetik
(VAK) adalah sebagai berikut.
a)
Pembelajaran akan lebih efektif, karena mengkombinasikan
ketiga gaya belajar.
b)
Mampu melatih dan mengembangkan potensi siswa yang telah
dimiliki oleh pribadi masing-masing.
c)
Memunculkan suasana belajar yang lebih baik, menarik dan
efektif.
d)
Memberikan pengalaman langsung kepada siswa.
e)
Mampu melibatkan siswa secara maksimal dalam menemukan dan
memahami suatu konsep melalui kegiatan fisik seperti demonstrasi, percobaan,
observasi, dan diskusi aktif.
f)
Mampu menjangkau setiap gaya pembelajaran siswa.
g)
Siswa yang memiliki kemampuan bagus tidak akan terhambat
oleh siswa yang lemah dalam belajar karena model ini mampu melayani kebutuhan
siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata.
ü Kelemahan
Model Pembelajaran VAK
Kelemahan
dari model pembelajaran Visual Auditori Kinestetik (VAK) yaitu tidak
banyak orang mampu mengkombinasikan ketiga gaya belajar tersebut. Sehingga
orang yang hanya mampu menggunakan satu gaya belajar, hanya akan mampu
menangkap materi jika menggunakan metode yang lebih memfokuskan kepada salah
satu gaya belajar yang didominasi.
B.
Saran
Semua model pembelajaran itu baik,
tergantung bagaimana kita dalam mempraktikkannya dan kecocokan
dalam materi matematikanya. Model Pembelajaran VAK ini merupakan terobosan baru dalam dunia pendidikan, dengan model ini
bukan hanya guru yang menjadi pusat tetapi siswa juga
yang menjadi pusat. Diharapkan dengan munculnya model
pembelajaran ini, dunia pendidikan semakin maju dan berkembang dan mencetak
generasi baru yang kompeten.
7 komentar:
Selamat datang di
http://myblog.iaincirebon.ac.id , Tetap semangat menulis dan share
Ilmu pengetahuan
Admin MyBlog IAIN Cirebon
saluky
thanks postingannya
mbk,. referensi mngenai langkah2 VAK a ad?? klw ada tlong di tulis donk,. sy butuh ni,. gi buat skripsi,. trma kasih mbk atar bntuannya.. :)
Iya mbak. Langkah-langkah model VAK nya dapat dari buku apa ya mbak. :) butuh banget untuk skripsi mbak, mohon bangtuannya ya mbak. terimakasih
teh punten kalau buku referensi yang aada langkah2 model VAK tuh nama bukunya apa ya?..butuh bgt buat skripsi teh,,, makasih
Mb,,referensi mngenai langkah2 VAK ada gak??trus ini dftr pustaka'a mb tlg diposting :) tekyu
ass mbk, referensi mengenai VAK itu adalah model pembelajaran apa nama bukunya mbk, penting sekali buat proposal penelitain saya ,, terimaksaih
Posting Komentar